Pengawetan Benang dan Jaring

Klust (1983a) menjelaskan bahwa tujuan dari pengawetan adalah untuk meningkatkan ketahanan benang dan jaring terhadap pembusukan. Sejumlah metode pengawetan telah dikembangkan oleh nelayan, lembaga penelitian perikanan, industri kimia, dan industri tekstil. Metode yang digunakan nelayan umumnya adalah penggunaan ter batu bara, ter kayu atau karbon, dengan atau tanpa dicampur dengan minyak tanah atau benzene. Metode lain adalah penyamakkan dengan ekstrak kulit kayu pohon. Penggunaan persenyawaan metalik, seperti potasium bichromate, copper naphtenate, copper sulphate, coprous, oxide (seperti testalin) diperkenalkan oleh lembaga-lembaga penelitian perikanan dan industri kimia. Dari aneka macam metode pengawetan, 2 metode yang sangat efisien adalah 1) metode testalin dan 2) metode tannin + potassium bichromate.

1) Metode testalin
Pertama-tama benang dan jaring didihkan selama 30 menit dalam larutan yang mengandung 2% tannin (catechu atau ekstrak mangrove) dengan tambahan 1% coprous oxide (testalin). Setelah jaring dikeringkan perlakuan diulangi dengan menambah 2% tannin, tetapi tanpa testalin. Sebagai tambahan, ketika masih basah jaring dimasukkan ke dalam carbolineum.

2) Metode tannin + potassium bichromate
Mula-mula benang dan jaring direbus selam 30 menit dalam larutan 2% tannin. Setelah dikeringkan, jaring diletakkan ke dalam larutan 3% potassium bichromate selama 1 jam. Setelah dibilas dengan air, jaring dikeringkan. Proses ini dulangi lagi dengan larutan 2% tannin. Jika benang dan jaring dimasukkan kembali ke dalam larutan carbolineumthree-bath-method”, maka akan diperoleh hasil pengawetan terbaik.
Pengaruh pengawetan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode pengawetan sangat dipengaruhi oleh kohesi antara bahan pengawet dan serat. Ter dan carbolineum tidak dapat melapisi permukaan benang dan jaring secara rapat, tetapi tetap menyisakan celah. Penggunaan kedua bahan pengawet tersebut kurang efektif jika dibandingkan dengan kedua metode di atas. Kedua metode akan menyebabkan bakteri tidak dapat menembus kulit luar serat. Keuntungan lainnya, zat pengawet yang digunakan oleh kedua metode tersebut tidak mudah dibersihkan dengan air. Benang kapas yang diawetkan dengan kedua metode ini akan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap pembusukan (Klust, 1983a).

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda