Perkuat Desa Pesisir dengan PDPT


Tingkat kemiskinan masyarakat pesisir Indonesia masih tinggi. Pada 2010, kemiskinan di desa pesisir tercatat 7,8 juta jiwa yang tersebar di 10.640 desa pesisir. Dari angka itu, baru sekitar 4 ribu desa pesisir yang telah tersentuh program pemberdayaan macam Pengembangan Usaha Mina Pedesaan  (PUMP) dan Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN).
Menurut Sudirman Saad, Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil (KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Selama ini program pengembangan masyarakat pesisir di 4000 desa itu dilakukan melalui Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). ”Terdapat 850 PPI di seluruh Indonesia. Tiap PPI menjangkau 5 desa sehingga masih ada 6640 desa belum tersentuh,” ujar Sudirman pada acara Halal bi Halal Ditjen KP3K di Jakarta (13/9).
Untuk itulah, KKP melalui Ditjen KP3K menginisiasi program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Sasaran utama PDPT untuk merevitalisasi kelembagaan ekonomi di desa-desa, memperbaiki infrastruktur desa, membentuk lingkungan tahan bencana, dan melakukan pembinaan.
Subandono, Direktur Pesisir dan Kelautan KP3K, menambahkan, pembinaan yang dilakukan meliputi 6 hal, yaitu bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, bina siaga bencana dan perubahan iklim, serta bina kelembagaan. Daerah pesisir, lanjutnya, rawan bencana gempa dan perubahan iklim serta sangat rentan. Dengan demikian, adanya PDPT menjadikan masyarakat pesisir knowing, reducing, and living with the risk.
Dana yang dianggarkan untuk PDPT sebanyak Rp130 milyar. Sebagai langkah awal, pada 2012 akan dibina sebanyak 48 desa di 16 kabupaten dengan sistem klaster yang masing-masing terdiri atas 3-5 desa. Daerah yang akan dikembangkan, misalnya Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, dan Nusa Tenggara.
Walaupun sebelumnya KKP pernah menelurkan program pemberdayaan, PDPT memiliki perbedaan signifikan. “Ada 2 indikator yang penting. Pertama, peningkatan pendapatan. Kedua, ketahanan masyarakat terhadap bencana. Ketahanan terhadap bencana ini merupakan kesadaran baru di lingkungan masyarakat Indonesia,” tutup Sudirman.  
Windi Listianingsih

0 komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar Anda